Sunday, October 30, 2011

Kenapa nulis?

Kadang-kadang Sering-sering, kalau saya lagi mau nglanjutin nulis catatan perjalanan dari Tohoku kemaren, suka kebayang bakal ada orang yang nanya, "Lo ngapain Syhur nulis panjang lebar beginian kayak ada yang baca aja. Lagian catatan perjalanan kan ngebosenin, toh yang jalan-jalan elo, bukan gue."

Yang kalo saya bener-bener jujur mungkin bakal saya jawab, "Yah sesuka gw lah, toh gw nulis utamanya buat diri sendiri. Gw nyesel catatan perjalanan pertama gw dulu dari Ukraina ilang pas komputer pertama gw rusak. Kalo ditaruh di internet gini kan jadi lebih awet. Kalo lo ga mau baca juga sok lah."

Tapi paling saya jatuhnya jadi diplomatis* dan bilang, "Ya kali sapa tau sambil nulis catatan perjalanan ada orang lain yang mau jalan-jalan juga dan nemu informasi yang berguna. Kayak dulu pas gw ke Lombok sendirian, berbekal browsing dari hp mungil doang akhirnya sukses menyasarkan diri ke Kuta."

Dan kalo lagi mood jiwa sosial lagi kuat, bakal ditambahin sama, "Apalagi kegiatan jadi volunteer kan ga semua orang tahu. Dan kadang seringnya kegiatan volunteer itu kurang orang karena pada ga tau volunteering itu ngapain, nah kalo gw nulis catatan perjalanan gini mungkin jadi bakal lebih banyak yang tau soal volunteer dan bakal ikutan volunteer ntarnya."

Yang mungkin bakal direspon sama, "Volunteering kan intinya macul bukan? Kan kayak lo bilang lo macul di Tohoku makanya jadi item dan belang? Gue mana bisa macul."

Dan saya bakal bilang, "Ya ga semuanya macul juga kali. Kan kegiatan volunteering itu macem-macem. Ada juga yang ga pake tenaga gede macem macul dan nyekop lumpur, misalnya ngebersihin dermaga dari sampah-sampah ngapung yang kebawa air pasang dan bikin pantai kotor, atau ngebantu ibu-ibu lokal nanam bunga, atau--ini paling penting:--ngebantu ngehabisin makanan yang udah dimasakin sama orang-orang lokal."

Yang paling bakal membuat saya menerima satu toyoran di kepala plus sebutan, "Dasar perut karet."

Saya paling cuma bakal tersenyum bahagia mengingat-ngingat masa-masa bahagia dijamu warga lokal di Tohoku.

-------------------------------------
* Pfft. Dasar Jawa.

Wednesday, October 12, 2011

Seven years ago


We interrupt your regularly scheduled programmings to bring you this sappy and nostalgic non sequitur:

The year was 2004. The morning was always misty. The air was patently cold. There was no need to take a bath daily. Or weekly, for that matter.

Yang membuat Pak Hardja melempar lelucon kalau pintar saya ada di daki tiap kali ada yang berkomentar tentang hasil olimpiade saya.