Dalam banyak hal, Manila sangat-sangat mirip dengan Jakarta--atau bahkan Bandung, terutama dilihat dari sisi perlalulintasannya, mobil dimana-mana, taksi dimana-mana, dan kalo di Bandung kita punya banyak angkot yang ngeselin, di Manila banyak jeepney berkeliaran. Jeepney ini:
1. Kelihatan seperti kaleng rombeng yang ditempeli mesin. beberapa jeepney kelihatan seperti kaleng rombeng yang panjaaaaaang, hampir sepanjang limosin kali, cuman yah, kaleng rombeng.
2. Orang2 bergelantungan di pintu karena jeepneynya penuh, mirip banget kayak angkutan pedesaan atau bis-bis damri. Baca: kaleng rombeng yang dicinta.
3. Menggoda buat dijajal. sayangnya buku sakti australs menuliskan "Take jeepneys for the sake of novelty, but it's probably a good idea to bring a local." Sayapun mengubur niat ini dalam-dalam.
Karena ternyata menggunakan sistem transport di Manila bisa menjadi sangat-sangat-sangat menakutkan.
Selesai australs, kami tinggal di Lucid Tower, suatu penginapan bernama aneh, dan sebenarnya tidak memiliki menara, malah nampak kayak hotel pinggir jalan saja. Dari Fort Bonifacio Global City, kami naik taksi, yang nampak biasa saja, dan bilang ke sopir taksi kalau kami mau ke hotel di Makati, di Vito Cruz extension. Si sopir taksi, yang ternyata tidak bisa bahasa Inggris, menjawab,
"Brerrrlgh! Braughbraugh baraugh!"
Dan kami pun masuk taksi tersebut, senang habis muter2 Bonifacio High Street, dan mall-mall lain di sekitarnya.
25 menit, dan 80 peso kemudian di argonya, kami mulai berbisik-bisik dengan suara keras dalam bahasa Indonesia, "Kok kita ga nyampe-nyampe ya?"
Ke sopir taksi: "Sir, we're going to Shopwise. Do you know Shopwise Makati?"
Sopir taksi: "Bleaurgh. Brautgh!"
Dan 7 detik kemudian, dia menunjuk bangunan terang di depan kami:
"SM mall"
"We’re not going to SM, but Shopwise."
"Bleaurgh. Wrahsjsf!"
"Sir, are we in Makati city?"
"Bhrajgtuys Malate? Braiushd Makati?"
"We’re not going to Malate, we're going to Makati city"
Dan ternyata kita disasarkan oleh supir taksi ke Malate, distrik di City of Manila, bukan Makati di Metro Manila. Ohhh, paling tidak 40 peso lagi melayang!
Dan kami pun berputar-putar melewati daerah tak terpetakan (uncharted territory), sampai pada suatu waktu tiba-tiba si sopir taksi mengulurkan tangan ke depan leher penumpang yang ada di bangku depan (that would be me, thank you) dengan gerakan yang mencurigakan sambil menggumamkan mantra-mantra tenung yang diwariskan turun-temurun sejak pertama kali digunakan untuk menyantet pelaut spanyol yang pertama kali datang di filipi.. ehm. Ternyata dia cuma mau mengunci pintu kami saja. dan yang dia gumamkan ternyata "lock the door". Uhk. Eh, tapi kan kami sudah naik taksi ini hampir 30 menit kunci ga masalah...
Ternyata kami melewati jalan yang melintasi daerah kumuh, dimana setiap orang nampaknya kepanasan dan memutuskan untuk keluar dari bedeng mereka dan main basket, nongkrong, ngrokok, bergosip, sembari telanjang dada. Kalau perhitungan saya akurat, maka ada sekitar 598 orang di jalan itu yang semua bisa saja mengalihkan perhatian mereka sejenak dan mulai mengerubuti taksi kami seperti di I Am Legend, atau War Of The World. Mereka semua memandang dengan tatapan tajam mencurigakan ke taksi kami yang merayap perlahan, dengan penumpang yang berharap taksinya ga nabrak orang. Kami langsung mengerut perlahan di kursi penumpang.
Untungnya daerah yang kami lewati tersebut hanya berkisar 10 km, dengan perkiraan kesalahan pengukuran jarak 9.5 km, dan hanya berlangsung selama 15 menit yang sangat menyiksa (pikiran-pikiran seram melintas di kepala kami: "Are we going to be mugged? We are, right? Is my first question gramatically correct? What is the passive form of mugging? Isn’t mugging a noun?"). Kami akhirnya mencapai perempatan McD di seberang Shopwise yang kami tuju.
Tapi khusus buat saya, ternyata saking leganya sampai hotel, saya ngasih uang sopir taksi itu kelebihan satu lembar 20 peso! Aaaaaargh! Udah nyasar, ditakut-takutin, dan tidak sengaja dirampok lagi 20 peso!
1 comment:
hi, saya punya niatan buat ke manila nih awal taun 09 ini. kayanya bakal nginep di dusit thani makati. ada yang mau ditanyain dong..
1. aman g ya secara saya sendirian dan perempuan pula
2. tau g kira2 mall apa yang deket dusit thani?
3. kalo dari Naia ke hotel bagusnya naik taksi airport atau taki biasa? trus ongkosnya berapaan ya?
4. kira2 ada orang indonesia yang tinggal dimanaila, dan bisa saya mintain tolong buat jadi guide selama saya disana.
tx ya
Post a Comment