Kecapekan mengejar-ngejar pembicara agar berpartisipasi di rangkaian workshop pelatihan selama lebih dari dua bulan. Berputar-putar Bandung, berbagai macam panggilan telepon. Dan kegiatan kami adalah bagian penting dari organisasi yang dipimpin lelaki itu. Empat huruf nama depan. Empat huruf nama tengah. Diawali dengan huruf A.
Tapi semua berjalan lancar. Hingga datanglah puncak rangkaian acara.
Dan kami mengundang para alumni. Sayangnya salah satunya tak puas. Kamipun paham mengapa.
"Coba, yang di situ namanya siapa?" tanyanya sembari merujuk kepadaku.
"Emmm,
Dan dia pun murka. "Mereka belum belajar apa-apa! Apa iya pantas kita terima?"
Sang pemuka dengan huruf pemuka yang membuka itupun tiba-tiba berganti haluan, "Ya sudah, kita jangan lantik saja mereka sekarang."
Apa iya, di tengah-tengah acara yang kami harapkan jadi acara pamungkas hingga kami akhirnya bisa istirahat dia seenaknya memerintahkan agar kami menderita lebih lama? Tak hanya Ia tak pernah terlibat, namun ucapannya itu juga membuyarkan semua acara yang telah disusun dengan susah payah. Di tengah acara. Tidak memberikan dukungan. Para anggota yang letih. Apa iya ini cara memimpin yang baik?
Adu mulut tak terelakkan. Saya rasa Ibu Hijau ini masih ingat. Dan meski akhirnya acara bisa selesai, kami tak pernah lagi melihatnya dengan cara yang sama.
3 comments:
ih. ibu ijo itu gw ya?
ih. kaya tau nih ceritanya
ih. kaya kenal sama 'pemimpin' itu
ih. ingeeeettt bgt nih gw!
ih. berdarah-darah beneeerr itu.
ih. bukan gitu kali caranya memimpin!
*ih. apaan sih gw, pake ih ih segala*
wah, ternyata linknya ke ibu ijo belom jadi dipasang...
linknya belom dipasang aja si ibu ijo udah dateng lho.. ckckck..
Bukan mateo.. Tapi maleo! Hahaha..
Post a Comment