Thursday, January 8, 2009

3 Doa 3 Cinta


Ujian TRK? Gagal total. Jadilah habis itu saya maraton nonton 3 Doa 3 Cinta dan Bedtime Stories di Ciwalk 21 dan XXI. Saya review 3 Doa 3 Cinta aja deh, yang pertamanya tertarik karena rekomendasi Farah. Film ini paling lama juga seminggu lagi hilang dari bioskop, wong kemarin saya nonton jam 5 aja satu studio cuma ada sekitar 15 orang..

3 Doa 3 Cinta (3/5)
Salah satu film Indonesia yang layak tonton. Meski tidak benar-benar memukau, paling tidak setelah menontonnya anda tidak ingin membunuh Titie Said yang meloloskan film-film kacrut indonesia seperti Oh Baby. Sayangnya, meski dengan suasana segar, karena nampaknya belum ada film Indonesia lainnya yang berlatarkan pesantren sejauh yang saya tahu, kekurangan film ini lumayan banyak juga.
Utamanya adalah alurnya terlalu dangkal, mungkin karena terlalu banyak yang ingin disampaikan: mulai dari persahabatan, suasana pesantren yang ketat, Huda yang nyari ibunya (dan ternyata ibunya adalah penjaja seks), Rian yang ibunya mau kawin lagi, Sahid yang bapaknya sakit-sakitan dan sempat terpengaruh aliran garis keras yang merekrut orang-orang untuk aksi terorisme. Harusnya mungkin fokus salah satu saja sih, tapi ya bagaimana lagi. Bahkan dengan sedabreg hal yang mau disampaikan, 114 menit tetap terasa lama.

Yang paling kocak dari film ini jelas scene Huda merekam Dona buat video casting. Kapan lagi kita liat Dian Sastro pose cicak? Selain itu, ada juga Nicolas Saputra yang istigfar habis dicium. Sambil tutup mata pula istigfarnya.

Harusnya film ini saya rating 2.5/5, tapi karena ada Dona Satelit Mbak Dian joget kayang, boleh lah naik jadi 3/5.

Sunday, January 4, 2009

rambling#4: Skeptisisme, Sinisme dan Gigit-menggigit

Saya barusan berpikir, bagaimana kita bisa mencegah skeptisisme menjadi sinisme?

--
Kemarin, saya baru membaca satu tulisan bagus yang menghubungkan Scooby Doo, Skeptisisme, dan Vampir. Di salah satu bagiannya disebutkan tentang Fred dan Velma bagaimana rasa skeptis bisa membuka tabir apa yang sepintas lalu bisa langsung disebut ulah makhluk gaib.

Beberapa jam sebelumnya, saya meramban jejaring jagad maya, dan melihat-lihat situs milik BCG. Di situ, di salah satu halamannya menyebutkan rasa ingintahu, ambisi, dan kreativitas sebagai sesuatu yang penting dimiliki.

Dan entah bagaimana, waktu malamnya saya nongkrong sambil jongkok*, tiba-tiba kedua yang nampaknya tidak berhubungan itu jadi klik dan nyambung (sembari menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru*). Salah satunya, saya jadi merasa kalau rasa ingin tahu itu adalah suatu yang berhubungan erat sekali dengan skeptisisme yang sempat saya singgung di atas. Sempat terpikir, rasa ingin tahu yang menyebabkan sikap skeptis itu. Kira-kira seperti "Apa ada vampir yang menggigit untuk menjual jasa tindik (dan tattoo)?"**

Karena dari rasa ingin tahu, kita lalu mencari tahu lebih banyak informasi yang berkaitan dengan subyek itu. lebih banyak informasi berarti kita bisa memutuskan sendiri mana yang benar dan mana yang salah. Tentu saja prinsip cukuran Occam lalu menjadi sangat berguna. Idealnya, hal ini akan menghasilkan keputusan yang baik, berdasar pada fakta dan bermanfaat.

Tapi kembali ke pertanyaan pertama saya, yang membuat saya bingung adalah saya sendiri sering bersikap skeptis, dan sinis***, tapi sudah sangat lama saya tidak merasakan gemuruh rasa ingin tahu. Opsi kesimpulan yang bisa ditarik dari sini diantaranya adalah:
1. ada yang salah dengan klausa bahwa rasa ingin tahu adalah basis sikap skeptis.
2. saya salah, dan sudah gila karena ga ada kerjaan mikirin hal begituan sementara besok UAS relativitas khusus.
3. (1) & (2) benar.
4. pertanyaan tidak berhubungan dengan kesimpulan.

Kesimpulan yang manapun yang benar, saya rasa saya tidak tahu jawaban pertanyaan yang saya ajukan ke diri saya sendiri. Dan khusus untuk saya sendiri, pertanyaannya bisa ditambahi menjadi bagaimana membalikkan arus sinisme kembali ke arah skeptisme yang sehat, penuh rasa ingin tahu****.

For my own's sake.

----
*tapi bukan pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang barusan saya makan. atau bagaimana tekstur, volume dan warnanya.
**dengan tagline iklan: "Gigitan Terpercaya Sejak 1576" atau "Gratis Gigitan Pertama (Dan Tiap Kunjungan Kelima)," atau "Melayani Pola Etnik dan Tribal."
***menurut saya, skeptis: tidak percaya begitu saja dan menelan mentah mentah, tapi terbuka pada tawaran solusi, namun tidak percaya begitu saja menelan mentah-mentah solusi yang ditawarkan (yes, my explanation is circular).
sinis: skeptis negatif, tidak percaya bahwa semua solusi yang ada bisa bekerja
****Menerima segala macam sugesti yang bisa anda tawarkan.

+saya baru sadar bahwa dengan intonasi berbeda, kalimat tanya "Apa ada vampir yang menggigit untuk menjual jasa tindik (dan tattoo)?" ini bisa dipakai oleh dua orang yang berbeda sama sekali: anak-anak polos (untuk menunjukkan antusiasme, intonasi naik dari awal ke akhir)++ dan tukang tatoo yang barusan sadar kalo dia punya saingan (intonasi turun, dari awal ke akhir, atau ganti pakai tanda seru, bisa sambil mengayun-ngayunkan belati).
++saya terbayang Milhouse van Houten, atau cewe-cewe yang terkena wabah Edward Cullen-mania.

Altered Carbon - Richard Morgan


Sometimes after getting to the final one-sixth part of the book, suddenly I feel to myself that had I been seeing its movie adaptation first, chances are I would just dismiss it as another Creepies: Attack on Tresure Islands.

Why? Because, out of the blue, there was a fight simply for the sake of fight. And some of the narration would be hard to be reproduced on screen. Surely the actors won't live up to my imagination. Take the following excerpt for example:

I turned to look her in the eye.
"Yes. I know."
Her mouth clamped down on a tremor.
"Good. Then let's do it."
[page 350, Kovacs talking to Eliott]

For all I know, I might misread the expression as a constipated look. But maybe that's because my overexposure with sinetron while I'm home for Christmas holiday. Hours of watching incompetent so-proclaimed actresses may tend to give you just that.

But overall, I think that Altered Carbon is a good read. the imagination of the future being so realistic, you can't help but ponders if our civilization will take the same path. There's also bits of wits that is simply amusing. Now all I have to do is find someone to make me a tee with the saying of You have the right to remain silent. Why don't you try it jst for a while?

Oh, mind you, there's also plenty of sex scenes and nudity. Well, it's part of the plot anyway, to bring a Meth in charge of a whorehouse down. With a bang. Without proper directing and substandard acting of its casts, all the more it will seems seedy to me. By the way, the film right for this book has been bought by Joel Silver.

So here's hoping for a good movie adaptation, for a book I rate (3/5).
--
Click here to see wikipedia page for altered carbon