Sunday, January 4, 2009

rambling#4: Skeptisisme, Sinisme dan Gigit-menggigit

Saya barusan berpikir, bagaimana kita bisa mencegah skeptisisme menjadi sinisme?

--
Kemarin, saya baru membaca satu tulisan bagus yang menghubungkan Scooby Doo, Skeptisisme, dan Vampir. Di salah satu bagiannya disebutkan tentang Fred dan Velma bagaimana rasa skeptis bisa membuka tabir apa yang sepintas lalu bisa langsung disebut ulah makhluk gaib.

Beberapa jam sebelumnya, saya meramban jejaring jagad maya, dan melihat-lihat situs milik BCG. Di situ, di salah satu halamannya menyebutkan rasa ingintahu, ambisi, dan kreativitas sebagai sesuatu yang penting dimiliki.

Dan entah bagaimana, waktu malamnya saya nongkrong sambil jongkok*, tiba-tiba kedua yang nampaknya tidak berhubungan itu jadi klik dan nyambung (sembari menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru*). Salah satunya, saya jadi merasa kalau rasa ingin tahu itu adalah suatu yang berhubungan erat sekali dengan skeptisisme yang sempat saya singgung di atas. Sempat terpikir, rasa ingin tahu yang menyebabkan sikap skeptis itu. Kira-kira seperti "Apa ada vampir yang menggigit untuk menjual jasa tindik (dan tattoo)?"**

Karena dari rasa ingin tahu, kita lalu mencari tahu lebih banyak informasi yang berkaitan dengan subyek itu. lebih banyak informasi berarti kita bisa memutuskan sendiri mana yang benar dan mana yang salah. Tentu saja prinsip cukuran Occam lalu menjadi sangat berguna. Idealnya, hal ini akan menghasilkan keputusan yang baik, berdasar pada fakta dan bermanfaat.

Tapi kembali ke pertanyaan pertama saya, yang membuat saya bingung adalah saya sendiri sering bersikap skeptis, dan sinis***, tapi sudah sangat lama saya tidak merasakan gemuruh rasa ingin tahu. Opsi kesimpulan yang bisa ditarik dari sini diantaranya adalah:
1. ada yang salah dengan klausa bahwa rasa ingin tahu adalah basis sikap skeptis.
2. saya salah, dan sudah gila karena ga ada kerjaan mikirin hal begituan sementara besok UAS relativitas khusus.
3. (1) & (2) benar.
4. pertanyaan tidak berhubungan dengan kesimpulan.

Kesimpulan yang manapun yang benar, saya rasa saya tidak tahu jawaban pertanyaan yang saya ajukan ke diri saya sendiri. Dan khusus untuk saya sendiri, pertanyaannya bisa ditambahi menjadi bagaimana membalikkan arus sinisme kembali ke arah skeptisme yang sehat, penuh rasa ingin tahu****.

For my own's sake.

----
*tapi bukan pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang barusan saya makan. atau bagaimana tekstur, volume dan warnanya.
**dengan tagline iklan: "Gigitan Terpercaya Sejak 1576" atau "Gratis Gigitan Pertama (Dan Tiap Kunjungan Kelima)," atau "Melayani Pola Etnik dan Tribal."
***menurut saya, skeptis: tidak percaya begitu saja dan menelan mentah mentah, tapi terbuka pada tawaran solusi, namun tidak percaya begitu saja menelan mentah-mentah solusi yang ditawarkan (yes, my explanation is circular).
sinis: skeptis negatif, tidak percaya bahwa semua solusi yang ada bisa bekerja
****Menerima segala macam sugesti yang bisa anda tawarkan.

+saya baru sadar bahwa dengan intonasi berbeda, kalimat tanya "Apa ada vampir yang menggigit untuk menjual jasa tindik (dan tattoo)?" ini bisa dipakai oleh dua orang yang berbeda sama sekali: anak-anak polos (untuk menunjukkan antusiasme, intonasi naik dari awal ke akhir)++ dan tukang tatoo yang barusan sadar kalo dia punya saingan (intonasi turun, dari awal ke akhir, atau ganti pakai tanda seru, bisa sambil mengayun-ngayunkan belati).
++saya terbayang Milhouse van Houten, atau cewe-cewe yang terkena wabah Edward Cullen-mania.

1 comment:

puspa said...

gaya berceritamu sangat umar kayam sekali..

betewe, bagian post mu yang terakhir lucu, hil.. wakakakak :lol: