Muhammad menghunus pedangnya.
Kedua tangannya memegang gagang pedang. Pedangnya terulur ke bawah badan di
sisi kanan. Mata depan pedangnya menghadap Ryan, yang menyampirkan pedangnya di
atas bahu kanan.
Muhammad menyabet maju. Ia mengincar lutut kiri Ryan. Pedangnya menebas
naik ke tengah dahi.
Ryan menumbukkan pedangnya turun. Pedangnya menghantam pedang Muhammad.
Pedang Ryan berkertak. Ia memekik. Separuh bilahnya terlontar.
Apabila Muhammad dan Ryan benar-benar bertempur, situasi sudah genting.
Namun adu pedang mereka berhenti ketika pedang Ryan patah, dan patahannya ia
pungut untuk direkatkan kembali. Pedangnya juga hanya terbuat dari kayu.
Pertempuran ini adalah bagian dari latihan kelompok Gwaith-i-Megyr di Taman
Suropati, Menteng. Tiap hari Minggu, sekitar sepuluh anggotanya berkumpul untuk
berlatih ilmu bela diri Eropa kuno menggunakan pedang panjang. Di kelompok ini,
mereka mempelajari manuskrip bela diri dari akhir abad ke-14. Ada dua mentor
yang melatih kelompok ini. Ari mengajarkan teknik Fiore dari Italia, sementara
Dani memberi pelajaran teknik Liechtenauer dari Jerman Selatan.
Pedang panjang yang digunakan latihan dibuat dari kayu jati atau kayu
kamper. Panjang bilahnya berkisar satu meter. Di antara gagang dan bilah, ada
batang silang yang berfungsi untuk melindungi tangan penggunanya agar tidak
tersayat mata pedang secara tak sengaja. Selain itu, batang silang ini juga
berguna sebagai alat untuk menangkap dan menggiring pedang lawan.
Meski menggunakan pedang kayu ketika latihan, risiko terluka tidak
serta-merta hilang. Anggota yang lengah harus ikhlas ketika lengan dan dada
mereka terantuk mata pedang. Lecet dan memar menjadi biasa.
Latihan Gwaith-i-Megyr memang banyak berkutat di posisi bertahan, cara
tangkisan, dan cara menetralisir serangan. Alasannya? “Bunuh orang pakai pedang
itu gampang,” kata Dani. “Yang susah itu gimana caranya kita ngga ikut mati
waktu menyerang.”
2 comments:
Lo ikut latian pedang ini sur? #amazed
Iya, keren kan gue Jeng? Hohoho
Post a Comment