Sunday, May 2, 2010

Tentang Memenggal Nama

Normalnya, orang Indonesia punya nama 2-4 kata. Kalau ada yang namanya 5 atau 6 bagian, berarti orang tuanya kreatif atau bener-bener niat ikut program KB. Kalau mereka rencana punya anak banyak, namanya bisa dibagi buat beberapa anak tuh. 

Nama saya terdiri dari 3 bagian.  Dan tahukah Anda bahwa kata Masyhur adalah salah satu lema dalam KBBI?

Omong-omong lagi tentang nama di Indonesia, apakah Anda pernah memperhatikan kalau semua nama panggilan pasti ada versi suku kata tunggal-nya untuk memanggil dan menyapa? Misal ada teman Anda namanya Joko, pasti kalau manggil jadi "Jok, Jok, beliin cendol dong." atau kalau nama teman Anda Endang, jadi "Ndang! Buang kucing itu!" 

You get the idea. 

Trus kalau Masyhur? Pemenggalannya yang benar ya Masy-hur. Tapi cuma ada dua orang yang mengikuti kaidah ini: teman saya Tomo yang manggil Masy (atau Mash ya?), dan Toto yang manggil "Hur, Hur."

Sisanya? Ada tiga kategori: 
- yang pemenggalannya ga sesuai tapi ngejanya bener: "Syhur, Syhur" di kategori ini ada misalnya, Ria.  
- yang manggil saya mas, bisa karena saya lebih tua, atau ngikutin nama panggilan saya di rumah: Mamas. Yah, orang-orang rumah yang ga ada darah Sunda mana tahu kalau saya akhirnya kuliah di Bandung? Omong-omong, kalau Anda belum tahu, ‘mamas’ di bahasa Sunda digunakan untuk menyebut penis. So there. 
- orang yang salah eja, dan manggil saya dengan jadi either 'masur', 'mansyur', ato 'mansur'. Golongan ketiga ini mayoritas adanya. *hela nafas* Versi satu suku katanya: "sur"

Ada lagi golongan pencilan: adik saya, yang manggil saya "le" *rolling eyes*

Karena saking seringnya dipanggil orang-orang golongan ketiga, lama-lama jadi kebiasaan juga. Kalau saya dipanggil oleh Tomo atau Toto suka nggak nyaut. Masalah kebiasaan saja  Awal-awal di sini, karena memperkenalkan diri pakai nama ‘Hilmy’ (kalau Farah bilang: Hirumii), suka ngga nyaut juga.

Yang saya heran adalah nama Aziz. Populer, tapi entah kenapa sering salah dieja juga, jadi ‘azis’. Atau, lebih parah lagi, ‘ajis’. Yang cuma beda satu huruf dengan najis. Tapinya, ‘aziz’ dieja dengan katakana, jadinya a-ji-zu. Ya sudahlah ya.      

Kontradiktif memang: orang-orang tua ingin memberi nama-nama keren, tapi masyarakat belum siap menerimanya *ditoyor*. Paling tidak sisi positifnya adalah: orang-orang seperti saya akan menjadi banyak dan bisa bersimpati satu sama lain! Anyone with me for TALIMAS/komuniTAs pemiLIk naMA Susah? :P
--------------------------------------------------------------
Kalau saya ditanya pengennya dipanggil kayak gimana, saya paling suka opsi satu. Boleh kok kalau bener ngejanya trus pamer/ngeluh dikit ke saya, kayak misalnya sms "Syhur (buset panjang bener sih manggil lu biar bener ngejanya), dateng latihan jam 3 ya." Yah, kayak Norman atau Aino gitu.

The tweet here inspired this post.   

Also related: apalah artinya sebuah nama! more spelling and names? cerita sebuah bon. (actually, banyak bon)

5 comments:

Ria said...

hahaha.. kok gw baca posting yg ini ketawanya seneng bgt ya? apalagi bagian toto :))

btw,ada ga yg manggilnya bener tp nulisnya salah? hmm nulisnya "sure" kan bacanya sama kaya "Syhur" (kali ada bule yg ky gt?) ;p

satu lg, yg manggil Maleo kan ada jg. kok ga ditulis? LOL

Masyhur said...

Kalo bule kan mereka nama 2 suku kata ya manggilnya tetep 2 suku kata. misal: kalo Paris ditangkep zombie ya tereaknya, "PARIS! NOOOOO!" bukan "PAR! NOO!" *halah apa sih*

Oh yang Maleo lupa ga kepikiran sih :D Berarti di golongan pencilan ada 3: "le", "Maleo", sama "Kumar". Yang terakhir itu beneran ada anak Unpar yang manggil pake nama itu <_<

Liza Aprilia said...

gabung Talimas ah.. :P

egalita said...

HAHAHA rotflmao. dulu gw kira nama lo Mansyur loh :p

Masyhur said...

liJa! :P *sendirinya salah eja nama orang* Btw, baru nyadar, di persma banyak yang namanya pake Z ya? bang iJal, iJul, liJa. :D